KL – Anjloknya harga Sagu sebelum Buan Suci Ramadhan yang lalu, membuat Petani sagu Daik Lingga mengeluh, sedangkan Harga kebutuhan pokok, terus merangkak naik. Tiak sesuai dengan harga Sagu, sehingga membuat sebagian Petani yang masih bertahan bekerja sebagai Petani Sagu dan sebagian memilih istirahat dan bekerja yang lain serta Melaut untuk mencukupi kebutuhan Sehari-hari
Amat (48), petani sagu Dusun II Pelanduk Desa Musai Kecamatan Lingga memilih bertahan dengan harga sekarang ini. Hal itu dilakukan menyangkut kebutuhan hidup sehari-hari membuat dirinya harus tetap bekerja Sagu meski harga sudah turun dari harga sebelumnya.
“Kerja lain tidak ada, anak baru masuk bangku kuliah dan memerlukan biaya yang cukup besar, Harga sembako terus naik. Tidak ada pilihan lain, saya tetap harus bekerja untuk meneruskan hidup meski harga sagu belum stabil,” ungkapnya.
Dia menuturkan, sebelum Bulan Suci Ramadhan harga sagu Rp1,5 Juta dalam satu ton, menjelang Ramadhan harga turun Rp1,1 Juta dalam satu ton. Turunnya harga tersebut membuat para petani sagu masih bertahan bekerja dan ada pula memilih kerja lain, karena sudah tidak sesuai dengan operasional kerja.
“Dalam satu ton, kita cuma mendapat untung Rp200 Ribu. Kalau dinilai dengan waktu dan tenaga kita keluarkan tidak sesuai dengan hasil yang di dapatkan. Saya punya dusun sendiri dan mesin pengolohan sendiri, tetap saya kerjakan sendiri untuk memenuhi kebutuhan” jelasnya.
Pengakuannya, mulai dari menebang sagu, menggolek, mengupas, memarut sampai mengangkut dan mengantar ke toke dia berkerja sendiri, dalam satu bulan dia cuma mendapatkan 8 ton sagu, dan diantar dengan menggunakan pompong ke Daik Lingga.
“Operasional besar, wajar kalau banyak Petani Sagu lebih memilih bekerja lain sampai menunggu Harga sagu kembali normal. Kami petani sagu tidak tahu apa penyebab turunnya harga sagu secara tiba-tiba,” tuturnya.
Lain lagi dengan Usman warga Lingga Timur, dia memilih bekerja lain setelah harga sagu turun menjelang Bulan Suci Ramadhan kemarin. Dia lebih memilih bekerja laut (nelayan), karena harga sagu sementara ini tidak memungkinkan lagi untuk dikerjakan.
“Sekarang kita terkendala dengan harga, kalau harga dalam satu ton Rp1,5 Juta, kami sebagai petani sedikit lega, meski menguras tenaga. Saya pribadi lebih memilih kerja lain dululah, sampai menunggu harga sagu kembali seperti semula,” tuturnya.
Informasi yang berkembang anjloknya harga sagu, kata Usman, disebabkan mutu sagu sudah tidak baik lagi, katanya sagu dicampur dengan tawas, membuat harga sagu Lingga juga ikut anjlok. Padahal kejadian itu bukan di Lingga.
“Benar tidaknya kabar yang beredar, di suatu daerah (bukan Lingga) ditemukan sagu dicampur tawas. Isu inilah membuat harga sagu Lingga juga ikut anjlok, yang berimbas pada kami sebagai petani sagu,” terangnya.
Aseng, toke sagu Daik Lingga di ruang kerjanya juga mengaku harga sagu turun, saat ini anak buahnya yang biasa mengantar sagu ke tempat sudah jauh menurun dibanding sebelum harga turun, akan tetapi masih ada yang mengantar namun tidak sebanyak dulu.
“Petani ada yang bekerja dan menjual ke kita, kita tetap membeli Rp1,1 Juta dalam satu ton sagu kotor, setelah itu kita olah lagi supaya sagu menjadi bersih. Harga sagu bersih juga ikut turun, maka kita juga menurunkan harga Sagu ke petani,” paparnya.
Cerita pria yang akrab di sapa Pak Ngah ini, selama ini sagu di bawa ke Jambi dan Selat Panjang, bahkan sagu dari Daik Lingga di akui kualitasnya. Karena harga turun, para petani sagu Lingga lebih memilih bekerja lain.
“Sampai sekarang yang mengantar masih ada , tapi tidak sebanyak dulu. Kita yakin harga sagu akan kembali pulih. Infornasi turunnya harga sagu disebabkan, produksi sagu dari Kalimantan dan Irian terlalu banyak, sehingga membuat harga Sagu anjlok,” jelasnya, sedikit membuka cerita.
Abu juga salah satu toke sagu Daik Lingga menuturkan, sejak harga sagu turun membuat petani sagu mengeluh, dan pasokan sagu pada dirinya ikut turun drastis, tidak seperti sebelumnya. Dia mengaku, sekarang ini sagu di tempat pengolahannya lagi kosong disebabkan harga anjlok sehingga petani banyak memilih kerja lain.
“Sulit kita ingin sampaikan berapa ton Sagu yang kita Tampung dalam satu bulan, sekarang saja tempat kita kosong. Tidak seperti sebelum harga Sagu Anjlok, tetapi untuk sekarang ini Kalau ada yang menjual ke kita tetap kita tampung,” imbuhnya.
Ditanya apa penyebab turunnya harga sagu, pemilik Toko Lama ini juga tidak tahu persis penyebabnya. “Dulu harga kita ambil satu ton Rp1,5 Juta, sekarang Rp1,1 Juta. Jika sagu ada, pekerja pabrik tetap kita jalankan. Meski harga sagu turun, gaji pekerja tetap stabil,” tutupnya. (mrs/Sam).