KL – Meski stand bazar Kabupaten Lingga menduduki posisi tiga pada ajang STQ Ke VII tingkat Provinsi Kepri di Batam kemarin, namun Kabupaten Lingga puas dengan ramainya para pengunjung yang berdatangan.ke stand Tengkolok
Posisi ketiga akan memacu Kabupaten Lingga tetap akan berbenah supaya menjadi yang terbaik di ajang-ajang berikutnya, dengan menampilkan ciri khas Kabupaten Lingga di segi makanan khas yang terbuat dari sagu dan keunggulan lainnya.
Plt Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kabupaten Lingga Raja Fahrurrazi menuturkan, banyaknya pengunjung ke Stand Tengkolok Lingga membuat pihaknya semakin terpacu untuk berbuat lebih baik lagi supaya Kabupaten Lingga dikenal di luar sana.
“Memang tempatnya kita buat unik yang berbentuk tengkolok, alhamdulillah di sambut baik dan ramai di kunjung. Didalamnya kita sediakan berbagai macam kerajinan masyarakat Melayu Kabupaten Lingga,” terangnya,
Lanjut Raja Fahrurrazi, semua hasil kerajinan ini berasal dari para ibu-ibu PKK, baik itu berupa makanan khas terbuat dari sagu. Menariknya, tudung manto khas Melayu Daik, yang sekarang ini masih ada di rumah Tekad Halimah Kelurahan Daik.
“Tudung Manto itu betul-betul merupakan ciri khas Melayu Lingga, memang sejak zaman Kesultanan Lingga sudah ada, sekarang secara turun temurun masih kita warisi, ini membuktikan Bunda Tanah Melayu sangat kental sekali dengan ciri khasnya,” jelasnya.
Beliau juga mengatakan, hasil kerajinan tangan tudung manto, merupakan kerajinan yang di rajut dari rumah Tekad Halimah, dan hasilnya di pajang di Stand Tengkolok Lingga waktu itu di Batam.
“Mempromosi Lingga, kami tidak saja melalui makanan khas dan Tudung Manto, akan tapi hasil pertanian juga sudah kita pajang, yang sekarang ini masih di galakkan Pemkab Lingga,” imbuhnya.
Tengkolok bila di artikan dalam sejarah Melayu Lingga merupakan pakaian kebesaran dalam tata penyambutan adat raja, yang identik dengan kewibawaan, kelembutan dan kasih sayang. (mrs/Sam)