KL- Sejak kejadian korban penerkaman buaya di Pulau Mepar Kecamatan Lingga, kini sekitar rumah korban kerap di datangi Buaya.hingga masyarakat Mepar berinisiatif memancing buaya yang di anggap sudah meresahkan masyarakat.
Dan mengkhawatirkan masyarakat nelayan yang ingin melaut dan menimba air dalam pompong,
Sekatang Masyarakat setempat bersama Camat Lingga melakukan pemancingan atau Buaya dengan menggunakan umpan Ayam dan Tupai
Camat Lingga Julius ketika di konfirmasi membenarkan, kalau dia bersama rombongan dan masyarakat Mepar sudah dua malam ini memancing buaya yang sering menampakkan diri di sekitar rumah korban dan di rumah masyarakat yang bermukim di pesisir pulau.
“Saya bersama pemancing buaya sudah dua malam memancing buaya di tepi rumah korban dan pelabuhan Pulau Mepar. Meski belum membuahkan hasil, tapi antusias masyarakat Mepar terlihat,” ungkap Yulius, Selasa (22/5) malam.
Dia mengaku, sejak Azman (almarhum) menjadi korban serangan buaya, sekitar pesisir pulau sering sekali Buaya datang kepesisir Pulau,sehingga membuat masyarakat merasa enggan melaut dan menimba air dalam pompong.
“Sejak buaya telah memakan korban, warga sudah mulai takut turun ke pompong menimba air ketika hujan. Apa lagi dalam beberapa malam ini sempat buaya terlihat oleh warga di samping rumah warga ketika air laut naik pasang,” terang Yulius.
Dalam bebrapa malam kedepan, pihaknya bersama rombongan (ahli pemancing buaya) terus melakukan perburuan dengan memancing menggunakan umpan ayam dan tupai.
Menurut cerita warga, Mepar sudah tidak aman lagi dari hewan ganas tersebut, bahkan di Tahun 2018, ketika air laut naik pasang, buaya besar sempat naik ke halaman rumah warga di Pulau Mepar dengan diameter cukup besar.
“Jadi buaya sudah masuk kampung, tapi kejadian itu sebelum terjadinya penyerangan terhadap korban Azman. Jadi wajar, kalau masyarakat sepakat melakukan perburuan sebelum kejadian terulang kembali merenggut nyawa warga yang lain,” imbuhnya.
Sebagai Camat Lingga, Yulius sudah membicarakan masalah ini ke Pemerintah Daerah, dengan harapan ada langkah Pemerintah dalam memberi kenyamanan warga dari ancaman hewan berbahaya tesebut.
“Kami sudah membicarakan masalah ini ke Pemkab Lingga, dan alhamdulillah surat untuk yang di kirim ke Balai Besar Konservasi Batam sudah di tanda tangani Wakil Bupati Lingga Muhammad Nizar, untuk diteruskan ke tempat tujuan,” jelasnya.
Wilayah Daik Lingga (kecamatan) ada beberapa titik yang di anggap warga menjadi sarang buaya, yang perlu mendapat perhatian Pemerintah, karena setiap tahun perairan muara sungai bakal tidak aman lagi dari hewan Reptilia tersebut.
Diantaranya “Sungai Setajam, Sungai Malar, Sungai Kelumu, Sungai Marok, Sungai Daik dan Mepar, Daerah ini sudah mengkhawatirkan sekali, bahkan sudah ada yang menjadi korban. Mudah-mudahan kerjasama Pemkab Lingga dengan Balai Besar Konservasi Batam nantinya, menuaikan hasil .sehingga dapat membuat masyarakat khususnya nelayan bernafas lega ketika mengais rezeki di laut,” pungkasnya. (mrs/Sam