Garakan Awal Jadikan Daik Kota Wisata Sejarah dan Religi

KL- Wacana menjadikan Kota Daik sebagai pusat wisata sejarah dan religi, semakin digeliatkan pemerintah Kabupaten Lingga dengan melakukan Gerakan Bersama Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona. Adapun dari gerakan ini merupakan langkah awal sebagai persiapan rencana tersebut, Kamis (03/02/2022).
Bupati Lingga, Muhammad Nizar mengatakan kegiatan gotong royong perdana ini sebagai pemantapan diri. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah Kabupaten Lingga sudah siap menjadi Daik Lingga sebagai daerah wisata sejarah dan religi.
“Ini gerakan awal yang memang sudah disiap itu diakhir tahun 2021. Terima kepada Dinas Pariwisata dan Dinas Kebudayaan sebagai penggagas dari kegiatan ini. Dan ini bukan gotong royong biasa tapi memang kita harus mempersiapkan diri sejak sekarang,” kata Nizar membuka pembicaranya.
Menurut Nizar sebagai giat persiapan tentunya bukan mempersiapkan diri untuk mengadakan suatu event tertentu, seperti tamadun dan sebagainya. Namun ada tidaknya event memang kesadaran wisata, kebersihan destinasi sejarahnya memang harus dipersiapkan kapanpun itu. Jika hal tersebut telah siap dalam segala aspeknya, sangat memungkinkan dalam sekejap menjadikan Daik sebagai pusat wisata.
“Kesadaran wisata kita semua harus terbentuk dulu. Kenapa Daik sebagai pusatnya, tentu dengan sejarah yang sangat panjang. Dan itu kita semua masyarakat Daik harus paham, harus bisa jadi gaetnya nanti. Tempat wisata juga harus siap dari sekarang,” kata dia.
Dia berharap setelah kegiatan pembuka ini, gotong royong bisa dilanjutkan oleh Kecamatan dan Kelurahan setiap minggunya, menata destinasi-destinasi wisata sejarah dan lainnya, atau sekedar membersihkan jalan-jalan utama, rumah dan lainnya.
Adapun lokasi gotong royong hari ini, yakni Lapangan Hangtuah, Kompleks masuk istana Damnah, Replika istana Damnah, Lubuk Papan, Istana Kota Batu, Sepanjang jalan Sawah Indah, Kampung Pahang dan Kampung Tande, Masjid Jami’ Sultan Lingga.
Pemerintah daerah juga telah merancang beberapa kegiatan yang bersentuhan dengan kesadaran wisata masyarakat, mulai dari sosialisasi hingga dengan pelatihan-pelatihan UMKM.
Keseriusan pemerintah daerah terkait hal ini telah digaugkan Bupati, Muhammad Nizar jauh sebelumnya. Dengan dasar Daik sebagai pusat tamadun, atau negeri pemerintahan para sultan melayu dengan masa pemerintahan cukup lama yakni 1787 – 1900 dan setelah itu baru berpindah pusat ke Pulau Penyengat yang hanya bertahan lebih kurang 13 tahun sebelum dibubar oleh Belanda.(Rilis/Red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


7 − tiga =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.