Kl- Pengurus Pelestarian Permainan Rakyat Tradisional Kabupaten Lingga bersama Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga serta Kades Merawang, LAM Merawang, dan Persatuan Pemuda Merawang, dan LAM Kabupaten Lingga , mengangkat kembali permainan gasing yang merupakan salah satu permainan tradisional rakyat tempo dulu yang sangat populer dan di gemari masyarakat.
“Saya bersyukur sekali, ternyata salah satu kegiatan yang Pemkab Lingga helatkan pada acara perhelatan memuliakan Tamadun Melayu Antarbangsa Tahun 2017 kemarin, ternyata mendapat respon positif dari masyarakat,” ungkap Kepala Dinas Kebudayaan Kabuapten Lingga H Muhammad Ishak di sela acara final gasing di Desa Merawang, Minggu (18/2), sore.
Adanya permainan gasing Lingga, sambung pria yang Memegang tampuk LAM Kabupaten Lingga ini, LAM bersama Dinas Kebudayaan, pengurus pelestarian permainan rakyat Kabupaten Lingga, LAM, Pemerintahan Desa dan Pemuda Merawang mencoba memprakasai pertandingan permainan gasing Lingga selama dua minggu.
“Alahamdulillah permainan berjalan lancar dan mendapat respon luar biasa dari masyarakat, sehingga masyarakat dari berbagai pelosok Desa berdatangan di lapangan gasing Kampung Budus Desa Merawang,” terang Ketua LAM Provinsi Kepri Kabupaten Lingga, saat penutupan dan laga akhir atau final.
Selain didatangi Ketua LAM kabupaten Lingga, juga di hadiri Ketua LAM Kecamatan Lingga, Ketua LAM Kota Batam sekaligus anggota DPR RI Drs Nyat Kadir.
“LAM itu punya tugas dan fungsi luas, tidak saja tentang adat seperti tepuk tepung tawar, adat perkawinan dan pakaian tetap juga melestarikan segala budaya melayu yang pernah berkembang tempo dulu, termasuk juga ikut membantu pemerintah bagaimana membangkitkan ekonomi masyarakat melayu,” terangnya.
Menurut Ishak, dengan adanya permainan gasing Lingga ini, ada beberapa dampak positif yang bisa kita rasakan dan lihat langsung. Selain permainan dapat di lestarikan, juga menjadi tontonan atau hiburan serta silaturahmi masyarakat dan individu, juga berdampak ekonomi pada masyarakat.
“Adanya permainan gasing, maka tumbuhlah para pelarik (pengrajin Pembuat gasing) di sudut-sudut kampung. Harga gasing berkisar Rp20 Ribu sd/d 70 Ribu per buah dan belum lagi harga tali pemutarnya. Ada yang mengaku, dalam tiga hari mendapatkan Rp3 Juta,” tuturnya.
Ini suatu tambahan penghasilan yang luar biasa, sambungnya lagi, belum lagi untuk para pedagang yang berjualan selama selama pertandingan gasing.
Untuk bidang sosial juga ada positifnya, karena permainan gasing Lingga digemari mulai anak anak (tk) sampai orang dewasa bahkan sampai orang tua
sehingga waktu yang ada di isi dengan hal yang positif.
“Permainan gasing di Kabupaten Lingga memang berbeda dengan daerah-daerah lain, makanya kita sebut dengan gasing Lingga, karena jenis gasing dan memainkannya memang unik,” imbuhnya.
Muhammad Ishak berkomitmen, Tahun 2018 Pemkab Lingga melalui Dinas Kebudayaan melalui pemerintah Provinsi Kepri, agar gasing Lingga di jadikan warisan benda nusantara termasuk tudung manto, bansawan, tari inai, yang sudah dulu di tetapkan pemerintah pusat sebagai warisan benda nusantara dari Kepri. (mrs).