Kl- Azman (43) warga Pulau Mepar Desa Mepar Kecamatan Lingga hilang di terkam Buaya ketika lagi menampung air di pelantar belakang rumahnya. Korban diserang dari arah kolong pelantar belakang rumahnya, Sabtu (12/5).
Pria yang kesehariannya berkerja sebagai nelayan tersebut di duga di tarik buaya di bagian kaki dan di bawa binatang pemangsa tersebut dengan cepat hingga Azman sebagai korban tidak dapat di tolong warga.
Eng, abang ipar korban ketika ditemui mengaku, kalau Azman malam itu sekitar Pukul 22.30 WIB, menampung air di pelantar atau di teras belakang rumahnya, tanpa di sadari buaya menerkamnya dari belakang.
“Waktu kejadian, korban sempat berteriak, hanya hitungan menit Azman sudah tidak ada lagi menampung air bersih di belakang pelantar rumahnya,” ungkap Eng,
Katanya lagi, sebelum kejadian buaya sering sekali kelihatan di samping rumah korban. Waktu malam itu, kondisi air laut naik pasang, dan berjarak sekitar 40 Centimeter dari pelantar tempat korban menimba air.
“Waktu tetangga korban datang ke tempat Azman menampung air, dia sudah tidak ada lagi di tempat. Dilokasi ada sedikit bercak darah sedangkan papan lantai yang sering di pijak, terlihat patah,” ujar pria yang juga tokoh masyarakat Mepar ini.
Robi abang korban datang dari Tanjung Lipat Kecamatan Senayang pada Pukul 01.00 WIB ditanya menuturkan, ketika mendapat informasi kejadian, dia bersama rekannya sebanyak tujuh orang datang ikut mencari di seputaran laut Mepar.
“Azman itu adik satu bapak, kami terkejut mendapat telfon dari Mepar kalau adik saya di serang buaya. Kami mencari mulai dari malam sampai siang ini, tapi belum ada menemukan tanda-tanda,” tuturnya.
Masih di rumah korban, Kepala Desa Mepar Kamran menambahkan, setelah kejadian warga setempat berbondong-bondong datang ke tempat kejadian, dan menerangi arah laut dengan lampu center.
“Warga saya sempat melihat buaya melarikan korban dengan jarak puluhan meter. Sekali di center, buaya merunduk, kuat dugaan kami kalau korban di bawa buaya ke laut,” jelasnya.
Dengan kejadian tersebut, warga Pulau Mepar mayoritas bekerja sebagai nelayan akan merasa bimbang dan terancam jika buaya di sekitar Mepar sudah memangsa manusia.
“Ini kejadian kedua, dulu sempat juga warga saya di terkam Buaya dengan kondisi air laut pasang, tapi korban selamat. Kejadian kali ni dugaan kami korban tidak selamat, tuturnya.
Dia merasa Mepar sudah tidak aman lagu dari Buaya, apa lagi sampai sekarang perkembang biakan buaya terus berkelanjutan, sedangkan penangkaran atau membasmi belum ada dari Pemerintah Daerah.
“Daerah kita ada beberapa titik menjadi sarang buaya, sudah banyak yang menjadi korban. Kita harap Pemerintah dapat menyiapkan langkah-langkah dalam menangani ancaman serangan buaya,” imbuhnya.
Masih di rumah korban, Sekda Lingga Juramadi Esram di dampingi Kepala Dinas Kebudayaan H Muhammad Ishak ketika di konfirmasi terkait kejadian tersebut mengatakan, dia bersama instansi terkait dan stocholder akan membahas persoalan buaya di Kabupaten Lingga.
“Saya akan lakukan rapat bersama stocholder, dan secara bersama-sama mencari solusi, supaya masyarakat pesisir Pantai merasa nyaman, dan tidak di hantui rasa takut dari ancaman buaya,” paparnya.
Dalam hal ini Pemerintah Daerah akan memberi kenyamanan pada masyarakat, permasalahan seperti ini menjadi PR Pemerintah dalam mencari solusi.
“Memberi kenyamanan dan kesejahteraan masyarakat merupakan tanggung jawab Pemerintah. Saya dalam waktu dekat ini akan melakukan rapat bersama pihak terkait,” pungkasnya.
Sementara informasi terakhir, baju yang di kenakan korban (kaos oblong) berwarna hijau sudah di temukan warga dan di lokasi Sungai Marok kecamatan Lingga yang tersangkut di akar bakau, warna pakaian yang di kenakan korban di benarkan pihak keluarga. Sampai sekarang ini, warga fokus mencari di Sungai Marok, yang di perkirakan sarang buaya.
Upaya pencarian terus dilakukan oleh warga Mepar, dibantu PNPB, kepolisian, TNI dan warga Daik, mulai Pukul 23.30 WIB, sampai berita ini selesai di ketik, korban belum juga di temukan, cuma baju korban saja baru di temukan. (mrs/Reď)