KL- Rumah keluarga kurang mampu Mulyadi dan Ny Salamah warga Dusun I Matang Desa Duara Kecamatan Lingga Utara sangat memperihatinkan. Rumah yang berusia 43 Tahun ini,belum pernah tersetuh dengan Rehab ,apalagi untuk merenovasi.
Pengakuan Mulyadi (46), yang memiliki tiga orang anak tersebut, yang menjalani hidup sehari-hari dari penghasilan kerjanya yang serba kekurangan, untuk menghidupi ketiga anaknya. Sementara ini Anak pertamanya masih berjuang di bangku universitas di Tanjungpinang, yang kedua sudah berkeluarga, sedangkan
yang ke tiga masih di bangku SMAN Lingga Utara.
Dia menegeluhkan gubuk tempat tinggalnya sekarang ini , apalagi ketika hujan turun, air hujan merembes masuk ke dalam rumah. Bila malam hujan, dia sekeluarga harus pindah tempat tidur yang tidak di rembesi air hujan.
“Beginilah kondisi rumah kami pak, jika hujan turun, kesedihan mulai melanda hati. Dengan kondisi ekonomi seperti ini, kami cuma dapat bertahan saja. Bekerja cuma untuk makan, itupun serba kekurangan,” ujarnya sedih.
Ceritanya lagi, rumah yang didiami selama 43 Tahun tersebut adalah warisan orang tuanya, yang sampai sekarang belum mampu untuk di Rehab, karena keterbatasan uang. Selain membiayai hidup, dia juga membiayai Anak- anak yang masih mengejam Pendidikan.
“Mengingat pendidikan itu penting, maka anak tetap kami sekolahkan, neskipun secara ekonomi terasa morat-marit. Mudah-mudahan, selesai anak-anak bersekolah nanti bisa merubah hidup dan bisa keluar dari kesulitan ini,” terangnya.
Meskipun dia merupakan mantan RT Dusun I Duara, sampai sekarang dia belum merasakan namanya bentuan pemerintah. Akan tetapi selama ini rumahnya sempat juga di survei oleh pemerintah, tapi sampai sekarang kenapa tidak ada realisasinya, membuat dirinya bertanya-tanya.
“Pahit manisnya kehidupan sudah kami rasakan, pahitnya ketika anak meminta uang semester, rasanya hati ini ingin menjerit, namun tetap saja di jalani dan di usahakan, sedangkan mata pencarian serba sulit,” tuturnya.
Salamah isteri Mulyadi yang selalu setia mendampingngi suaminya meskipun dililit permasalahan ekonomi juga mengaku, dia bekerja sebagai pembantu rumah tangga, cuma dapat memenuhi kehidupan sehari-hari.
“Hasil kerja saya cuma untuk memenuhi kehidupan sehari-hari saja, belum lagi untuk kebutuhan anak. Jadi memang tidak dapat menabung untuk perbaikan rumah, karena tuntutan hidup. Dulu suaminya kerja berlayar sekarang sudah tidak lagi, ingin melaut tidak ada peralatan,” ujarnya sedih.
Meski cobaan hidup kerap sekali menghantui keluarganya, Keluarga ini tidak berpatah arang. Dengan selalu berdoa semoga keluarganya dipermudahkan mendapatkan rezeki serta anaknya dipermudahkan dalam meneruskan pendidikan.
“Kita cuma dapat berdoa semoga kami mendapatkan bantuan rehab rumah dari pemerintah tahun ini . Sedangkan untuk pendidikan anak semoga kartu pintar yang katanya ada, kami juga sangat berharap. Perhatian pemerintah sangatlah kami harapkan, kalau ingin mengadu, harus mengadu kemana,” pungkasnya. (mrs/Sam)