KL – Saidul (50) warga Dusun Centeng Desa Limbung Kecamatan Lingga Utara hanya bisa pasrah dengan kondisi penyakit yang dia alami.
Ditambah lagi dengan ekonomi yang serba sulit membuat dia dan keluarga hanya berserah diri pada yang maha kuasa atas penyakit yang telah lama bersamayam di tubuhnya.
Dalam kondisi Penyait sesak nafas sampai ke dada yang di alaminya, Saidul terlihat tidak bersemangat, dan hanya berserah pada yang kuasa meskipun berat di untuk diucapkannya.
“Saya sudah pasrah dengan kondisi saya sekarang ini. Kalau ingin sembuh butuh uang untuk berobat. Sebenarnya lendir yang ada di leher saya ini harus di sedot, supaya pernafasan saya lapang dan tidak tersengal-sengal,” kata Saidun yang didampingi istrinya,
Pengakuannya, selama ini isteri dan tiga anaknya cukup setia merawatnya dan sabar menghadapi cobaan ini, karena dia sudah tidak mampu lagi bekerja mencari nafkah, apa lagi sekarang bulan suci ramadhan dan menghadapi Idul Fitri, sudah tentu membutuhkan biaya hidup.
“Sekarang saya benar-benar mengandalkan isteri untuk bekerja, dialah sekarang menjadi tulang punggung keluarga, kalau saya sudah tidak dapat di harapkan lagi untuk bertanggung jawab untuk mencari nafkah,” tuturnya, yang tampak bersedih.
Katanya lagi, walaupun penyakit yang di deritanya baru tujuh bulan, tapi dia merasakan sudah tidak mampu lagi untuk menafkahi keluarganya, mengingat nafas dan kondisi badan terasa sudah tidak kuat lagi akibat penyakit yang dideritanya.
“Memang penyakit saya tergolong baru, tapi rasanya saya sudah tidak kuat. Ini saja nafas saya terasa sesak, saya pengen berobat tapi biaya tidak ada,” tuturnya.
Mendampingi suaminya, Fatimah (50) mengaku dengan keterbatasan dana yang ia miliki, dirinya hanya mampu mengobati suaminya tersebut dengan obat kampung.
“Kalau mau dibawa ke rumah sakit Daik, mobil ambulance saja untuk pergi sudah Rp200 Ribu, pulang kesini lagi Rp200 Ribu. Dari mana kami mau cari duit. Belum lagi untuk berobat nya di rumah sakit,” ujar Fatimah.
Dia mengaku memenuhi kebutuhan keluarga serta belanja anak-anak mereka sekolah,
Fatimah harus banting tulang mencukupi kebutuhan keluarga, dengan bekerja mengopek ketam (kepiting) dalam sehari ia hanya mendapatkan belasan ribu rupiah. Meski menjalani hidup terasa sulit, dia tetap tabah menjalaninya.
“Yang dapat saya kerjakan saat ini hanya mengopek ketam, setiap sepuluh hari gajian, dalam sepuluh hari hasilnya dapatkan Rp100 Ribu, dari hasil inilah untuk memenuhi kebutuhan,” imbuhnya.
Menyambut lebaran yang hanya menghitung hari, dia tak bisa berbuat banyak. Baik untuk membuat kue lebaran nantinya, maupun membelikan baju lebaran untuk anaknya.
“Orang tua mana yang tak sayang anak dan keluarga, tapi saya harus bagaimana lagi, karena untuk makan saja harus di bagi-bagi dengan penghasilan yang ada,” pungkasnya.
Kepala Desa Limbung Andi Mulya Naim ketika di konfirmasi membenarkan ada warganya yang sakit tersebut, selama ini dia tidak lepas tangan untuk membantu, keluarga itu.
“Kemarin sudah pernah di bawa kerumah sakit Lapangan Daik, namun penyakitnya tidak juga sembuh. Informasi saya dapatkan Masyarakat saya itu mengidap penyakit TBC,” kata Andi, Jumat (9/6).
Usaha keluarga sudah ada untuk kesembuhan namun belum berhasil, kalau dari pihak desa sampai hari ini tetap memperhatikan keluarga Saidul, walaupun tidak dapat sepenuhnya.
“Kalau ada tetap kita bantu, apa lagi sekarang ini, isteri Saidul menjadi tulang punggung keluarga, untuk memenuhi kebutuhan hidup suaminya tiga orang anaknya,” pungkas Andi. (mrs/Sam).