Pengrajin Meubeler Lingga Siapkan Sofa Sabut Kelapa untuk Presiden Jokowi

KL – Sejumlah pengrajin meubeler di Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau (Kepri) menyiapkan sofa kreas yang dibuat dari i sabut kelapa sebagai tempat duduk Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang dijadwalkan berkunjung ke Dabo Singkep tanggal 21 November 2018
Kehadiran Presiden Jokowi di bumi Bunda Tanah Melayu ini, dalam rangka membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Koalisi Kabupaten Penghasil Kelapa (KOPEK) Indonesia, Festival Kelapa Indonesia dan menyaksikan penandatanganan kerjasama investasi di bidang kelapa dan perikanan yang diperkirakan menelan biaya investasi sekitar Rp1,650 Triliun.
“Insya Allah, jika tidak ada halangan, Bapak Presiden Jokowi dijadwalkan berkunjung ke Lingga tanggal 21 November. Teman – teman pengrajin meubeler sudah menyiapkan sofa kreasi sabut kelapa sebagai tempat duduk presiden dan tamu lainnya,” ungkap Bupati Lingga, Alias Wello di Batam, Jumat ( Rilis Humas Pemkab lingga Tanggal 9/11/2018).
Menurut Awe, sapaan akrab Bupati Lingga ini, ide membuat sofa kreasi sabut kelapa tersebut merupakan bagian dari partisipasi kegembiraan masyarakat Lingga, khususnya pengerajin meubeler untuk menyambut kedatangan Presiden Jokowi yang notabene juga pernah berprofesi sebagai tukang meubel.
“Kebetulan, acaranya berkaitan dengan perayaan hari kelapa dunia dan hari ulang tahun Kabupaten Lingga ke-15, jadi kita mengundang partisipasi masyarakat untuk ikut serta menyumbangkan ide-ide kreatifnya. Salah satu ide yang muncul dari pengerajin meubeler adalah membuat sofa kreasi sabut kelapa,” katanya.
Selain disambut sofa kreasi sabut kelapa, Presiden Jokowi juga diagendakan menerima gelar kebesaran adat Melayu dari Lembaga Adat Melayu (LAM) Kepulauan Riau “Sri Utama Mahkota Negara”. Jika kunjungan itu terjadi, maka Jokowi adalah presiden pertama yang menginjakkan kakinya di Pulau Singkep yang pernah berjaya sebagai daerah penghasil timah terbesar di Indonesia.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia (AISKI), Ady Indra Pawennari berharap sofa kreasi sabut kelapa “made in Lingga” itu, dapat berkembang mengikuti trend kekinian dan menjadi produk unggulan Lingga yang berbasis pemanfaatan bahan baku dari sumber daya lokal.
“Ini patut kita apresiasi dan dukung penuh. Apalagi, bahan bakunya dari serat sabut kelapa yang sangat mudah ditemui di sekitar lingkungan kita. Ini bisa menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan kita dari busa yang mayoritas impor,” katanya.
Pria peraih anugerah Pahlawan Inovasi Teknologi Berbasis Sabut Kelapa Tahun 2015 itu, merupakan inovator pembuatan sofa kreasi sabut kelapa di Indonesia. Pada saat pengrajin sofa kelimpungan karena kelangkaan busa di pasaran, Ady menawarkan solusi penggunaan serat sabut kelapa yang dalam perdagangan internasional dikenal dengan nama cocofiber.
“Waktu itu, jelang lebaran. Saya berkunjung ke tempat pengrajin sofa di Tanjungpinang untuk reparasi sofa. Pengrajinnya bilang, sudah seminggu tak bisa kerja karena busa kosong di pasaran. Di benak saya langsung muncul ganti pakai sabut kelapa. Sejak itu, semua sofa di rumah dan kantor saya diganti dengan menggunakan sabut kelapa,” bebernya.
Menurut Ady, penggunaan serat sabut kelapa dalam pembuatan sofa dan lainnya dapat mengurangi pemakaian busa dan bahan sintetis lainnya sekitar 80 persen. Jika setiap satu set sofa menggunakan busa sebanyak 10 lembar dengan harga Rp. 40 ribu per lembar, maka dengan menambahkan serat sabut kelapa di dalamnya sebanyak lima kilogram dengan harga Rp4.500 per kilogram, maka penggunaan busa cukup 2 lembar saja.
“Secara ekonomis, penggunaan serat sabut kelapa untuk pembuatan sofa ini cukup menguntungkan. Selain memberi nilai tambah bagi petani kelapa, kita juga bisa mengurangi ketergantungan pada impor busa dan bahan sintetis lainnya,” tambahnya. (Humaslingga/Red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


7 + = lima belas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.