KL – Akibat erosi dan ampas sagu, Sungai Desa Keton Kecamatan Lingga Timur kembali mengalami kedangkalan, sejak dilakukan pengerukan sungai Tahun 2013 lalu.
Sejak sungai kembali mengalami kedangkalan, masyarakat nelayan setempat hilang mata pencarian, akibat alur sungai sudah dangkal kembali, sedangkan saat ini, masyarakat hilang pekerjaan.
Kepala Desa Keton Mohammad Rais mengaku, pengerukan sungai menuju kuala mulanya memang menjadi usulan prioritas masyarakat Keton, setelah di lakukan pengerukan, sungai kembali dangkal.
“Kedangkalan itu disebabkan, di kuala sungai ada hamparan batu besar, yang tidak bisa dilakukan pengerukan, sehingga pengiriman tanah dan ampas sagu tertahan oleh hamparan batu, membuat sungai kembali dangkal,” ungkapnya,
Kalau masyarakat ingin menjaring udang, sambung kepala desa, mereka harus menunggu air laut naik pasang besar, baru dapat pergi melaut. Untuk pergi setiap hari masyarakat tidak bisa menggantungkan hidupnya pada laut.
“Sejak sungai kembali dangkal, masyarakat hilang mata pencarian. Hilangnya mata pencarian masyarakat, ekonomi masyarakat jadi terpuruk. Ingin mengolah sagu, sagu sudah kurang, ditambah lagi dengan harga sagu sudah anjlok,” terangnya.
Supaya masyarakat dapat kembali melaut, pihak desa sudah mencari solusi dengan membuka badan jalan berukuran 3 Meter dengan panjang 2 Kilometer dari Pelabuhan Keton menuju Kuala Sungai, supaya masyarakat kembali dapat melaut.
“Dalam beberapa hari ini, kami sudah membuka badan jalan menuju kuala. Jika jalan itu sudah dibuka, masyarakat tidak lagi tergantung pada pasang surut air laut, mereka akan menempatkan perahu di kuala sungai,” jelasnya.
Katanya lagi, membuka badan jalan tersebut, pihak desa mengalokasikan anggaran sebesar Rp380 Juta melalui Dana Desa (DD), yang telah disepakati oleh pemerintahan desa dan masyarakat.
“Sekarang pekerjaan sudah mulai, insyaallah dalam satu bulan selesai dikerjakan, dan jalan menuju kuala sudah dapat di manfaatkan, untuk masyarakat pergi melaut,” imbuhnya.(Sam)