Sudah 12 Tahun Kuota Mitan Belum Bertambah, Masyarakat Kabupaten Lingga Merasa Kekurangan

KL.- Persoalan minyak tanah (Mitan) menjadi momok bagi masyarakat yang memanfaatkanya , terutama ibu-ibu rumah tangga di Kabupaten Lingga yang sehari- hari menggunakan minyak tanah untuk memasak.
Sutinah salah satu warga menyebutkan kalau minyak tanah sulit didapatkan, membuat dia sebagai pengguna minyak tanah untuk memasak buat keluarga sulit dipenuhi dalam satu bulan.
“Hampir setiap bulan saya harus bersusah payah mendapatkan minyak tanah untuk memenuhi kebutuhan memasak dalam satu bulan. Hal itu membuat saya harus mencari kemana-mana guna memenuhi dalam satu bulan,” ungkap perempuan paruh baya ini.
Sementara Edyson orang lapangan Pertamina Sungai Buluh Kecamatan Singkep mengaku kalau minyak tanah kuota tidak mencukupi dalam satu bulan. Sekarang ini kapal membawa Mitan untuk Sungai Buluh masih ngantri di Pertamina Tanjunguban.
“Khusus minyak tanah, kuota kita tidak cukup buat kebutuhan satu bulan. Sekarang ini kami dari sini masih monitor terus meski menjelang Imlek, karena kuota kita setiap bulan tidak mencukupi,” ungkap Edyson,
Menurut dia, sekarang ini kuota minyak tanah dalam satu bulan khusus Pertamina Sungai Buluh, sebesar 360 Kiloliter, dengan kuota sebanyak itu, tidak memenuhi kebutuhan masyarakat Dabo dan Daik Lingga sekitar.
“Sekarang pihak pengecer harus pandai-pandai membagi, utamakan untuk masyarakat membutuhkan seperti ibu rumah tangga, yang memerlukan jumlah banyak jangan di beri semua. Jadi itu salah satu cara menangani maslah kekurangan itu,” ujar dia.
Melihat dari kekurangan kuota, Edyson berharap ada penambahan kuota khusus minyak tanah, untuk di jadikan 400 Kiloliter, dengan jumlah kuota tersebut, kebutuhan masyarakat khususnya ibu rumah tangga akan terpenuhi.
“Sudah 12 Tahun kuota minyak tanah kita tidak bertambah bertambah, sedangkan pengguna kian bertambah. Wajar saja kalau tidak mencukupi sekarang ini. Sudah seharusnya di tambah, kalau dilihat dari pemakaian yang semakin bertambah,” kata Edyson.
Sabran diminta pihak Pertamina Sungai Buluh membuat Pengkalan Minyak Tanah di Daik mengaku, kalau dia hanya diminta membuat pangkalan untuk membagi ke kios-kios yang ada di wilayah Daik.
Pengakuannya, di Daik masih banyak ibu-ibu rumah tangga bekerja membuat kue tradisional sampai sekarang masih menggunakan minyak tanah. Selain itu pula, pemakaian juga terus bertambah.
“Kalau kita lihat kebutuhan itu tidak saja untuk memasak, tapi pengrajin kue juga menggunakan minyak tanah. Jadi wajar kalau mitan kerap tidak cukup,” ujar Sabran,
Lanjut dia, kalau Edyson mengatakan kuota mitan tidak cukup dia mengaku wajar, karena sudah sekian tahun kuota belum ada penambahan. Sedangkan pemakaian kian bertambah.
“Kalau mitan di selewengkan tidak mungkin, karena yang membeli ibu-ibu rumah tangga, untuk kebutuhan rumah tangga dan pengrajin kue tradisional. Coba saja di cross cek, di Daik khususnya banyak pengrajin kue yang menggunakan minyak tanah,” imbuh dia.
Pengakuannya lagi, di pangkalan miliknya, hanya memiliki 12 ton perbulan, itupun di bagikan 5 gia atau 25 liter kesetiap kepala keluarga.
“Saya pernah bertanya salah satu ibu rumah tangga, kenapa tidak membuat kue, ibu itu mengaku minyak tanah tidak ada. Berarti saya juga berfikir kalau mitan banyak di gunakan pengrajin kue, karena daerah kita tidak menggunakan gas,” tutup. (mrs/Red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


delapan − 2 =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.