Tak Ada Tempat Menambat Perahu, Warga Kelombok Goro Bersama Bangun Pelantar Sementara Sungai Daik 

IMG-20180109-WA0000KL – Sebayak tiga puluhan Orang lebih masyarakat Desa Kelombok gotong-royong (goro) bersama membangun pelantar tambatan perahu di Kampung Pasar Daik Lingga,
Hal itu dilakukan masyarakat, karena sejak terjadinya kebakaran pada 28 Oktober 2017 lalu, tambatan perahu yang ada di Kampung Pasar juga ikut terbakar, membuat masyarakat Kelombok menambat pompong mereka yang setiap hari datang ke Daik.
Ketua BPD Kelombok Abdul Razak alias Tomi mengatakan, pembuatan pelantar tambatan perahu memang menjadi keinginan masyarakat, sejak pasca kebakaran masyarakat Kelombok kesulitan menambat pompong ketika datang ke Daik.
“Sejak kebakaran pasar daik ,warga Kelombok kehilangan tempat menambat pompong. Ada beberapa tempat untuk di tumpangi untuk tambatan pompong tapi tempat tersebut ada tertulis larangan. Sehingga Masyarakat sepakat dengan kepala desa dan BPD untuk membangun disini,” ungkapnya.
Menurutnya usulan tersebut di anggap perlu dan sesuatu mendesak karena untuk meringankan sulitnya turun naik saat akan berbelanja di pusat Kota Daik.
Atas dasar itulah pembuatan pelantar sementara itu di sepakati seluruh masyarakat dan pihak desa.
“Setiap hari pompong kami keluar masuk sungai Daik dan di Kelombok itu juga, hampir semua masyarakat memiliki pompong. Tak heran jika setiap hari ada saja yang berbelanja ke Daik untuk keperluan sehari-haŕi,” jelasnya.
Sebagai aparatur desa, tentu sebelum membangun pelabuhan ini, terlebih dulu melewati beberapa prosedur. Setelah menerima usulan masyarakat, lalu menyurati lurah dan camat serta mengajukan tembusan kepada Wakil Bupati Lingga untuk memohon izin.
“Kamipun membangun tidak sembarangan, kami sudah meminta izin pihak kelurahan dan kecamatan, setelah mendapat izin, baru hari ini kami lakukan goro bersama,” paparnya.
Katanya lagi, ada beberapa tempat yang bisa dijadikan sebagai pelabuhan untuk tambatan perahu. Salah satunya, berada disamping Kantor Syahbandar. Di lokasi tersebut, katanya, ada kapal kapal besar yang barlabuh. Sedangkan tambatan yang dekat dengan pusat perbelanjaan itu milik pribadi warga dan sudah ada papan larangan tidak boleh mengikat pompong.
“Kalau material memang dari bekas pembangunan proyek di Kelombok kami bawa ke sini. Dan di bantu beberapa orang yang berbaik hati untuk konsumsi kami di sini,” tuturnya.
Lanjutnya, warga Kelombok tidak akan mempermasalahkan, apabila suatu saat di lokasi pelabuhan yang dibangun ini akan diperlukan untuk pembangunan oleh pemerintah, karena sudah ada dalam kesepakatan.
“Kami juga tidak memerlukan kepentingan warga kami, tetapi bagi ada masyarakat lain ingin menambat pompong disini silakan. Kami juga meminta kepada pemerintah agar secepat mungkin dapat membangun dermaga yang layak karena sulitnya untuk masyarakat pulau turun naik serta menambat pompong di kawasan ini,” pungkasnya. (mrs/Red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


+ tujuh = 8

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.