TAK ADA TRANSPORTASI DAN TELEKOMUNIKASI, PEKAJANG MASIH TERISOLIR

Desa Pekajang Kecamatan Lingga

KL –  Warga Desa Pekajang berharap pada Bupati Lingga, agar membuka jalur transportasi Daik – Dabo -Pekajang –  Belinyu Provensi Babel , supaya akan membuka keteresolasian Desa Pekajang yang sekarang ini dirasakan masih jauh dari harapan.

Abdul Sadar warga Desa Pekajang mengaku, saat ini tempat mereka masih teresolasi, semua serba sulit, baik secara ekonomi, Transportasi dan Telekomunikasi dan Pembangunan, serta masih banyak lagi permasalahan sosial lainnya harus di perhatikan. “Membuka keteresolasian itu, Pemerintah harus berani membuka Transportasi Lingga – Dabo – Pekajang dan Belinyu . Tanpa Transportasi di tambah tidak adanya Telekomunikasi kami selaku masyarakat jauh sekali merasa terisolir, apa lagi keberadaan kami di perbatasan,” ungkap mantan Kades Pekajang,

Menurutnya, Pemerintah harus memberi subsidi kapal supaya jalur ke tempat mereka hidup. Jika Transportasi ada, secara Ekonomi, Masyarakat merasa terbantu, selama ini Pekajang masih bergantung dengan Belinyu Provensi Babel. “Kita bukan meminta kapal reguler, paling tidak dua minggu satu kali atau satu minggu satu kali. Dari dulu sampai sekarang masalah ini belum terpecahkan, mudah-mudahan dengan kepemimpinan Bupati sekarang, masyarakat Pekajang tidak bermimpi lagi,” terangnya.

Cerita Abdul Sadar, selama ini hasil tangkapan laut dan Berbelanja sembako serta BBM, Masyarakat Pekajang sangat ketergantungan Ekonominya dengan Bangka Provensi Babel, hal itu disebabkan tidak adanya sarana Transportasi Pekajang ke Kabupaten Lingga.

Bukan masalah Transportasi saja, Telekomunikasi juga menjadi persoalan penting buat masyarakat Pekajang, sejak dulu sampai sekarang hanya tower saja yang tegak bagaikan tugu yang tak ada menfaatnya. “Pemerintah memeng ada membantu, tapi telpon  Satelit untuk Pemerintahan Desa, yang untuk masyarakatnya mana ?  Kita akui, sampai sekarang masyarakat masih merasakan keterisolasian itu. Karena masalah Transportasi dan komunikasi menjadi bagian terpenting bagi Masyarakat Pekajang, hal ini saya rasakan sejak saya menjadi kepala Desa dan sampai sekarang saya sudah kembali kemasyarakat,” jelasnya.

Juga dikatakan Iskandar rekannya Abdul Sadar, dia mengusulkan supaya ada kapal kayu dari Lingga ke Pekajang, tapi harus di subsidi. Permintaannya juga sama, satu minggu atau dua minggu satu kali, supaya hungungan silaturahim masyarakat Pekajang dan Lingga dapat terjalin. “Sebanarnya kalau kapal kayu untuk ke Pekajang itu ada. Tapi dia berharap ada subsidi dari pemerintah. Apa bila ini berjalan, pemerintah Desa terbantu dan Masyarakatpun ikut terbantu,” ujarnya, yang di amini oleh Abdul Sadar.

Menurutnya, jika jalur ini tidak terbuka, Pembangunan untuk Desa Pekajang akan terhambat, mengingat material yang akan di bawa dari Lingga ke Pekajang memakan biaya yang cukup besar, karena harus carter kapal pengangkut material. “Proyek di Pekajang selalu gagal, karena pada RAB tidak sesuai dengan jarak transportasi yang ditempuh, tidak ada pengecualian sama sekali. Dulu pernah, ada kontraktor membagun fasilitas pemerintah melalui proyek APBD Lingga, membuat si kontraktor gulung tikar,” paparnya.

Dia juga menirukan apa yang di sampaikan pemerintah, bahwasannya Pekajang mendapat perhatian khusus selain Daerah terluar, Pekajang juga merupakan perbatasan Kabupaten Lingga dengan Provensi Babel, tapi tidaklah seindah apa yang di sampaikan. “Mohon maaf, kalau boleh saya bicara, Pekajang itu serba ketinggalan. Dulu dijanjikan Desa Pekajang menjadi Skala Prioritas, tapi hanya omongan Doang . Sekarang masyarakat Desa Pekajang serba kesulitan, terutama menyangkut Transportasi dan Telekomunikasi,” pungkasnya. (mrs/Sam)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


3 − = satu

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.