Roro Jalur Penarik – Jagoh Musim Angin Kencang Dipadati Penumpang

Pelabuhan Penarik

KL – Pelabuhan penyebrangan Dusun Penarik Desa Kelumu Kecamatan Lingga menjadi idaman masyarakat Lingga. Terhitung ramadhan, sampai lima hari lebaran Idul Fitri, masyarakat ingin ke Daik-Jagoh atau Jagoh-Daik memilih banyak memilih pelabuhan yang dibangun masyarakat secara swadaya tersebut.

Dua orang calon penumpang ketika di tanya sebelum keberangkatannya dari Pelabuhan Penarik menuturkan, mereka lebih memilih pelabuhan Penarik, selain jarak tempuh dekat menuju Pelabuhan Jagoh, mereka juga merasa aman, di banding dari Pelabuhan Tanjung Buton.

“Kalau sama-sama pakai speed, kami tetap memilih jalur Pernarik. Jarak tempuh dan keselamatan lebih aman dan nyaman, maka kita pilih jalur ini,” kata Rudi salah satu di antara calon penumpang mengaku, Sabtu (9/7).

Sejak dibuka jalur Penarik, hampir setiap masa dia berurusan ke Dabo dia tetap memilih jalur Penarik-Jagoh, meskipun jarak tempuh dari Daik-Penarik dengan menggunakan kendaraan roda dua memakan waktu di perjalanan 25 Menit, dia merasa cepat dan aman.

“Pakai speed, jarak tempuh Penarik-Jagoh cuma 15 s/d 20 Menit. Kalau dari Pelabuhan Tanjung Buton ke Pelabuhan Jagoh memakan waktu 30 Menit. Jarak tempuh ke tempat tujuan membuat saya memilih jalur ini,” terangnya.

Hal yang sama juga diyuyurkan salah satu calon Penumpang yang mengunakan jalur ini,Ia merasa aman memilih jalur Penarik, apa lagi sekarang ini musim angin Selatan, alun dan gelombang sangat kuat, dengan jarak tempuh 30 Menit bisa membuat dia mabuk.

“Memang patut di akui, kalau jalur Penarik ini lebih aman dan nyaman. Kalaupun gelombang dan alun sedikit kuat, jarak tempuhnya tidak lama. Rasanya kita tidakpun tersiksa,” katanya singkat.

Mustafa, warga setempat dan sekaligus buruh Pelabuhan Penarik mengaku, kalau pelabuhan ditempatnya sekarang ini menjadi jalur penyebrangan Daik-Jagoh. Pada hari-hari biasa sampai dengan lebaran, para penumpang yang biasanya mengunakan speed memilih jalur ini.

“Memang jarak tempuh menjadi pilihan penumpang. Hidupnya jalur ini, perekonomian masayarakat kami terbantu. Dulu mayoritas masyarakat sini bekerja sebagai nelayan, sekarang ada pemasukan sampingan. Bagi yang ada motor bisa ngojek, dan yang tak memiliki motor kita jadi buruh,” jelasnya.

Dia juga mengaku, terhitung sejak ramadan hingga lebaran empat hari tidak kurang 200 orang turun dan 200 orang naik. Kalau dilihat, sambung pria dua orang anak ini, banyak penumpang turun naik melalui pelabuhan Penarik.

“Sekarang pelabuhan untuk penarik sudah dibangun pemerintah tahun ini, sekarang masih dalam tahap pengerjaan. Sekitar 400 Meter menjorok ke laut, mudah-mudahan, tahun ini selesai di kerjakan,” imbuhnya.

Pantauan dilapangan, sejak adanya Pelabuhan Penarik yang dibuat masyarakat dengan cara swadaya tersebut, Pelabuhan Tanjung Buton sepi dari aktivitas speed membawa penumpang ke Jagoh. Sementara pengambil jasa ojek pelabuhan turut merasakan sepinya mendapatkan penumpang, yang mereka harapkan cuma veri reguler. Sebelum adanya Pelabuhan Penarik, seluruh speed masuk dan mangkal di Tanjung Buton.

Sementara, tarif ojek Penarik-Daik juga sedikit menjadi keluhan masyarakat, karena di anggap terlalu tinggi. Sekali jalan menuju Daik di kenakan Rp35 Ribu, sementara harga premium sudah turun, namun jasa ojek masih harga lama. Pada pemerintah daerah para pengguna jasa ojek sangat berharap adanya penentuan tarif, supaya sesuai dengan jarak tempuh. (Mrs/Sam)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


+ sembilan = 13

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.