Gafatar Pernah Dirikan Sekretariat di Daik Lingga

KL – Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang menjadi pembicaraan hangat akhir-akhir ini, ternyata sempat mendirikan Sekertariat di Daik Lingga sekitar tahun 2013 lalu. Pada Saat itu, kelompok ini aktif dalam bidang sosial dan sebagai pemerhati lingkungan hidup.

“Mereka sempat ikut mendaki gunung bersama kami waktu itu,” ujar Ketua Harian Komunitas Pecinta Alam Lingga (Kepal), Cipto ketika dimintai keterangan, Kamis (14/1) pagi.

Cipto menceritakan, pada 2013 sebelum ada Kepal, yang ada komunitas Lensa sebagai wadah perkumpulan penghoby fotografi di Daik Lingga mengadakan kegiatan mendaki gunung Sepincan, Daik Lingga, untuk memperingati hari Sumpah Pemuda. Dan, Gafatar menerjunkan lima orang anggota mereka turut menjadi peserta dalam kegiatan tersebut.

Selama dalam perjalan mendaki gunung yang ditempuh sebelas jam tersebut, Cipto memastikan  komunitas Gafatar tidak ada menyinggung pembicaraan yang menjurus kepada hal-hal aneh lainnya. Terlebih kepada masalah politik, agama atau sarah. Mereka hanya fokus kepada pembicaraan untuk melindungi alam.

Kelima orang Gafatar yang turut mendaki gunung tersebut dipimpin oleh Arman. Namun Cipto memastikan jika komunitas Lensa atau Kepal tidak pernah terlibat sama sekali dengan komunitas Gafatar baik secara organisasi maupun mengenai pandangan organisasi mereka. Pasalnya, Gafatar berdiri sendiri dan sering melakukan kegiatan sosial tanpa ada kaitan dengan berbagai organisasi lainnya di Daik Lingga.

Cipto mengingat saat sekertariat Gafatar berdiri di Daik Lingga tidak ada gerakan khusus yang dilakukan seluruh anggotanya pada bidang politik, suku atau agama, yang terlihat mereka hanya fokus pada tindakan sosial seperti gotong royong dan mengajak masyarakat untuk menjaga alam dan lingkungan.

“Setau kami mereka tidak ada pergerakan yang aneh-aneh saat itu. Mereka juga pernah ikut gotong royong,” ujar Cipto.

Namun ketika ditanya terkait sejumlah anggota Gafatar tersebut, Cipto yang nota bene asli warga Daik Lingga tidak mengenal mereka satu persatu. Menurut Cipto, mereka adalah warga luar Lingga yang beraktifitas di sana. Walau demikian warga sekitar saat itu tidak begitu mengambil perhatian terhadap komunitas Gafatar, seperti saat ini.

Cipto juga tidak mengetahui kemana raibnya kelompok Gafatar tersebut karena hingga saat ini sekretariat yang dahulunya mereka tempati terlihat kosong tidak ada penghuni terlebih tidak adanya aktifitas di sana. (rio/Sam)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


− 1 = lima

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.