H Musfar Saleh Terpilih Menjadi Pergantian Antar Waktu Ketua Komite Madrasah

H Musfar Saleh ketika memberi arahan

KL –  Setelah menggelar rapat pemilihan antar waktu oleh Pengurus Komite Madrasah Periode 2015-2018, akhirnya H Musfar Saleh terpilih sebagai ketua komite dan Rustam Efendi sebagai bendahara.

Rapat pemilihan penggantian antar waktu tersebut disebabkan, adanya pengunduran diri ketua komite yang lama atas nama Musfar, karena kesibukan dan tidak dapat fokus dalam menjalankan tanggung jawabnya. Sedangkan bendahara bernama Kamran juga mengundurkan diri karena sekarang menjadi kepala desa.

H Musfar Saleh mengatakan, dia siap menjalankan tugas dan fungsi sebagai komite, dan dia berkomitmen ingin memajukan madrasah yang dianggapnya perlu di Daik Lingga ini.

“Insyaallah saya siap membantu, apalagi ini sekolah agama dan juga saya perhatikan sekolah ini cukup bersaing dengan sekolah lain,” ungkap H Musfar Saleh,

Sementara itu Jumadi, sebagai sekretaris komite mengajak pengurus komite antar waktu yang terpilih membuat program kerja 2017. Dan ia memberikan masukan di antara program kerja itu, nantinya lebih memprioritaskan pembangunan mushalla siswa.

“MTs ini satu yayasan dengan MA sebaiknya menggunakan mushalla bersama saja, jadi kita kumpul antara siswa/siswi MTS dan MA dalam satu mushalla,” terang Jumadi.

Sedangkan Armain Kepala MTs Aqidatunnajin, penggunaan mushalla bersama itu sudah menjadi pertimbangan dari Kepala Madrasah yang sebelumnya dan beberapa guru yang menjadi pembina ekskul Rohis dan Muhadharah.

Di samping shalat berjamah, sambung Armain, sekolah punya program pembiasaan, mulai dari murajaah, hafalan bersama setiap bada zuhur Senin dan Sabtu, kemudian Kultum siswa secara bergantian dari perwakilan setiap masing-masing kelas dari Selasa dan Rabu, terus bada zuhur hari Kamis ada kegiatan Muhadharah. Jadi sejak kemarin pihaknya berpikir, jika seandainya dalam satu mushalla ada dua kegiatan, dengan waktu yang terbatas dan program yang berbeda maka bagaimana mensiasatinya.

” Jika program pembiasaannya disamakan saja, dalam artian harus ada salah satu sekolah yang mengalah dengan program mereka yang sudah berjalan, maka otomatis durasi waktunya juga harus ditambah, waktu masuk belajar jam. Terakhir otomatis makin lambat, maka pasti berdampak juga dengan jam pulang siswa,” paparnya.

Pardamean Harahap, salah seorang wali siswa yang dimintai pendapatnya juga sangat mendukung jika bisa diusahakan mushalla, demi untuk sekolah-sekolah bernafas islami.

“Ini bukan masalah kompak atau tidak kompak. Kalau melihat apa yang disampaikan oleh kepala madrasah tadi, itu kan terkait manajemen program pendidikan masing-masing sekolah,” pungkas Sekcam Lingga ini. (mrs/Red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


3 × tujuh =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.