Malam Likuran di Daik Pintu Gerbang Sepi Dengan Pengunjung

23-06-01

KL -Tidak seperti tahun sebelumnya, malam likuran di Daik ramai di kunjungi warga.akan tetapi untuk tahun ini, pengunjung tergolong sepi, karena tidak banyaknya gerbang hias dan lampu cangkok (pelita) di sepanjang jalan Daik Lingga.

Meski gerbang hias di malam likuran  termasuk tradisi, namun minat warga sudah berkurang, disamping menguras tenaga dan pemikiran, dana pembuatan mencapai jutaan rupiah.

Bogor tokoh masyarakat Daik Lingga menilai, kurangnya pengunjung gerbang disebabkan, tidak banyaknya gerbang hias di Daik Lingga, cepat atau lambat tradisi yang turun-temurun ini akan hilang begitu saja, kalau tidak ada perhatian pemerintah.

“Harusnya tradisi gerbang hias khas Melayu Daik Lingga perlu di pertahankan. Sejak zaman dahulu kala, gerbang hias seperti sudah ada dan di nyalakan pada malam likuran atau malam 27 Ramadan sampai malam penyambutan Lebaran Idul Fitri,” ungkapnya

Dia menilai, adanya gerbang hias di setiap RT, atau desa dapat memupuk rasa kebersamaan, kekompakan dan persaudaraan para pemuda setempat dalam pembuatan gerbang hias.

“Bayangkan, memasuki Ramadan ke tujuh, masyarakat setempat, umumnya para pemuda sudah goro bersama memulai pembuatan gerbang, sedangkan biaya yang dikeluarkan melalui sumbangan sukarela masyarakat setempat tanpa ada sponsor,” terangnya.

Supaya khazanah ini dapat terjaga, pemerintah daerah harus ikut andil melalui instansi terkait, paling tidak memberi sumbangan atau memberi nilai, yang terbaik akan mendapatkan uang pembinaan sebagai bentuk pembinaan.

“Kita yakin, semangat warga, khususnya pemuda akan terpacu ingin membuat gerbang hias, walaupun harus mengorbankan tenaga dan pemikiran tanpa di bayar, jika pemerintah berniat ingin melestarikan salah satu khazanah Melayu Daik ini,” paparnya.

Yayan salah satu pengunjung, ketika dihampiri mengaku, kurang meriah 7 likuran di Daik Lingga tahun ini, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Dia beralasan, kurangnya gerbang hias dan lampu menghiasi jalan membuat pengunjung mengurung niatnya ingin datang.

“Jelas beda, biasanya tahun lalu pengunjung tidak sesepi ini. Dulu kita membawa motor ingin lewat saja susah, karena di padati pengunjung di setiap jalan dan gerbang,” kata Yayan yang saat itu membawa anak dan isterinya keliling melihat gerbang di Daik.

Sementara warga salah satu RT di Kelurahan Daik menuturkan, dia mengaku wilayahnya tidak membuat gerbang disebabkan tidak adanya dana pembuatan, ingin meminta sumbangan ke warga kondisi ekonomi warga kurang baik.

“Membuat gerbang tidak cukup dengan uang 1 Juta, paling tidak di atas 3 Juta dibawah 5 Juta karena harus membeli minyak tanah dan barang-barang yang dibutuhkan untuk pembuatan sebuah gerbang. Kalau sedikit dana di suport pemerintah, saya yakin, gerbang di setiap RT khususnya di Kelurahan Daik akan berdiri,” tutupnya. (mrs/Sam)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


6 × tujuh =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.