Nakhoda KLM Surya Mentari II di Temukan di Pulau Sayak

IMG-20170531-WA0000

KL – Komandan Lanal Dabo Singkep Letkol Laut (P) Agus Yudho Kristianto membenarkan nelayan Pulau Lalang menemui nahkoda KLM Surya Mentari, Selasa (30/5) Pukul 16.00 WIB setelah mengangkat bubu ikan.

Setelah mendapat informasi tersebut, Letkol Laut (P) Agus Yudho Kristianto langsung menghubungi empat orang nelayan Pulau Lalang yakni  Arzakani, M.Amin, Rizki dan Iyan yang menemui Mangandro (56), dalam keadaan selamat, ketika mereka mengangkat bubu ikan di sekitar Pulau Sayak.

“Informasi ini kita dapatkan, dari Kepala Desa Pulau Lalang, melalui via handphone. Selesai mengangkat bubu empat orang nelayan itu langsung merapat ke Pulau Sayak, disitulah mereka menemukan nakhoda KLM Surya Mentari II,” ungkapnya,

Menurut penuturan keempat nelayan yang berhasil menemukan korban, langsung membawa korban ke Pulau Lalang pada Pukul 20.00 WIB, sampai saat ini keberadaan korban diamankan dirumah salah seorang pengusaha kapal ikan di Pulau Lalang guna pemulihan kondisi fisiknya.

“Jadi sekarang ini korban masih berada di Pulau Lalang untuk pemulihan fisik. Sebelumnya 6 orang ABK atau rekan korban sudah ditemukan sebelumnya, diantaranya, Tjahyo (KKM). Aria (Kelasi). Suhendi Priyatno (Kelasi). Bagus Tri Saputra (Kelasi). Wahid Mutako (Kelasi) dan Darwis (Kelasi). Mereka dalam keadaan selamat, sekarang ini mereka berada di Pospolair Sungsang Sumsel,” jelasnya.

Mengingat kondisi cuaca buruk, air laut dalam keadaan surut, Danlanal Dabo Singkep memutuskan penjemputan pada hari Rabu (31/5) dengan menggunakan Patkamla Kuala Gaung milik Lanal Dabo Singkep dari Pulau Lalang untuk selanjutnya dibawa ke Posko SAR TNI AL Dabo Singkep.

Semulanya, kecelakaan laut yang menimpa KLM Surya Mentari II bertonase 111 GT  merupakan jenis Kapal Layar Motor (KLM) cargo, berbendera Indonesia dengan nahkoda  Mangandro,  dengan membawa muatan 25.000 kotak minuman ringan (minuman kaleng).

KLM Surya Mentari II memiliki 8 ABK, diantaranya, 7 orang ABK dan 1 orang nakhoda. Sampai saat ini, 1 ABK belum  ditemukan, dan masih dalam pencarian Tim SAR Gabungan bersama masyarakat setempat.

Terkait perkembangan kejadian tersebut, Pangkalan Utama Angkatan Laut (Danlantamal) IV Laksamana Pertama TNI R Eko Suyatno,S.E,M.M, telah menerima laporan dari Danlanal Dabo Singkep Letkol Laut Agus Yudho Kristianto tentang informasi berhasil ditemukannya nahkoda KLM Surya Mentari II yang mengalami musibah tenggelam disekitar Pulau Sayak dalam keadaan selamat.

Kepala Desa Berhala Kecamatan Singkep Selatan Muhamad Ali melalui selulernya mengaku, penemuan nakhoda KLM Surya Mentari II di Pulau Sayak Desa Berhala oleh nelayan Pulau Lalang Desa Berhala memebenarkan, kalau 4 orang warganya telah menemukan seorang nakhoda KLM Surya Mentari II di Pulau Berhala.

“Menemukan itu termasuk keluarga saya, mereka menemukan Mangandro (56) suku Bugis alamat Surabaya, dalam keadaan selamat. Pengakuan korban dia sudah lima hari bertahan hidup di Pulau Sayak tanpa ada seorang pun orang untuk meminta bantuan,” ungkap Muhamad Ali, Rabu (31/5)

Mendengar pengakuan korban, 4 nelayan Pulau Lalang langsung membawa korban ke Pulau Lalang, disana korban di beri makan untuk pemulihan stamina, karena sudah lima hari tidak makan di pulau seluas 2116 persegi itu.

“Hari ini korban langsung diantar 4 nelayan Pulau Lalang Kedai Singkep, sampai sekarang ini kondisi korban masih sehat,” paparnya.

Ditanya masalah cuaca, Muhamad Ali, mengaku memang akhir-akhur ini cuaca atau angin sangat ekstrim di wilayah Laut Sayak, tak heran kalau musim seperti ini menenggelamkan kapal-kapal.

“Kalau musim Selatan dan Utara memang suasana laut tidak bersahabat, bahkan membahayakan para nelayan, kecuali musim Timur dan Barat , itu nemang musim teduh, sehingga  masyarakat Nelayan tidak merasa khawatir dengan cuaca sewaktu  menangkap ikan di wilayah laut Sayak,” terangnya.

Muhamad Ali juga menambahkan, Pulau Sayak dan Pulau Lalang termasuk Desa Berhala. Pulau Lalang ada penghuninya, sedangkan Pulau Sayak tidak ada penghuninya

“Dulu Pulau Sayak tempat orang Berhala dan Pulau Lalang Bekebun (bertani) memang tidak di huni, sekarang kalaupun ada pohon kelapa, tapi sudah menjulang tinggi semua,” pungkasnya. (mrs).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


+ 4 = tujuh

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.